PKM Phenomena in My University

[English version]

Have you ever known about PKM? I guess some of you are still wondering about it. Ok, I will explain it briefly. PKM is abbreviation of Program Kreatifitas Mahasiswa or Student Creativity Program (SCP). It is a kind of program which is hold by Dikti for Indonesian collage student to train their creativity. In this program, every student is given a chance to submit a proposal which is like a research proposal that will be donated by Dikti. The fund usually can reach 6 billion rupiahs (approximately 650 dollars) for one research. Every group of the student which is propose it consists of 5 persons included the chief. SCP itself consists of 5 kinds which is PKMP (PKM Penelitian) [Research SCP], PKMK (PKM Kewirausahaan) [Entrepreneurship SCP], PKMT (PKM Teknologi) [Technology SCP], PKMM (PKM Pengabdian Masyarakat) [Public Service SCP] and PKMI (PKM Kajian Pustaka) [Literature Study SCP].

In my campus, SCP is famous. Well, it’s strange enough, I guess. Generally, not every of those students are a type of a true activist. We can even say that most of them are students who only go to campus to attend a class and then after their class has finished, they will go to their boarding house to continue the rest of their activity (or even to go sleeping). So it’s strange if the time to submit the proposal has come, they will leave their nest in a great numbers to make a SCP Proposal. Last year (2007) in Semarang State University, it is recorded more than 500 proposals which have been submitted and there were about 250 proposals which were accepted. Moreover, there were only 8 proposals which were qualified to be presented in PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) [National Scientific Student Week]. You can imagine that there were only about 4 percents proposals which are qualified from 250 proposals. So where were the others? Why they were not qualified? I am still wondering about what was happened.

After asking to everyone, finally I realize the cause of those problems. Actually, almost all of the proposals which were accepted can’t account for the money. Their justification was very dubious. As we know, every proposal which is accepted will get money from Dikti which is 650 dollars. So this is the money which was digressed. According to one of my friends’ opinion whose proposals were accepted, the money from Dikti was used to do something which was not important for instance to treat some friends or even to buy a laptop!! Besides, he submitted 12 proposals and there were 6 proposals which were accepted. You can imagine yourself how much money has been given to him which is approximately 3900 dollars (6 x 650 dollars=3900 dollars). Wow! It was a fantastic number for an ordinary collage student. So, it is very realistic that there are a lot of student who try their best to submit several proposals to digress the money which they will get.

From the fact above, we can conclude that there are a lot of collage students which is motivated to be a “corruptor” rather than to be an honest scientist. Well, this is back to their own motivation while submitting the proposal whether they want to get money or to train their creativity and skills. Certainly, everyone who does something will get their own consequence for what they have done.



[versi Bahasa Indonesia]

Fenomena PKM di Universitasku

Taukah kamu dengan apa yang dimaksud dengan PKM? Mungkin sebagian dari kamu masih bertanya-tanya apa sih PKM itu. Ok, aku jelasin. PKM adalah singkatan dari Program Kreatifitas Mahasiswa. Ini adalah program yang diselenggarakan Dikti bagi mahasiswa Indonesia untuk menuangkan kreatifitasnya. Dalam program ini, setiap mahasiswa diberi kebebasan untuk mengajukan proposal semacam penelitian yang nantinya akan didanai oleh Dikti. Biasanya dana bisa sampai 6 juta rupiah untuk sekali penelitian. Setiap kelompok pengaju proposal maksimal terdiri dari lima orang termasuk kepala kelompok. PKM sendiri terdiri atas lima jenis yaitu PKMP (PKM Penelitian), PKMK (PKM Kewirausahaan), PKMT (PKM Teknologi), PKMM (PKM Pengabdian Masyarakat), PKMI (PKM Kajian Pustaka).

Di kampusku PKM sangat membooming, nggak tau kenapa. Padahal nggak semua mahasiswa tersebut merupakan tipe-tipe aktivis sejati. Malah boleh dikatakan sebagian besar dari mereka merupakan mahasiswa yang cuma ke kampus untuk kuliah kemudian pulang ke kos untuk melanjutkan perjuangan (tidur kalee). Nah ini dia yang aku heranin kenapa setiap ada musim pengajuan proposal PKM, meraka berbondong-bondong meninggalkan sarangnya untuk membuat proposal PKM. Tahun lalu (2007) saja tercatat di UNNES terdapat 500-an lebih proposal yang diajukan namun cuma 250-an yang diterima. Apalagi yang lolos PIMNAS, wah lebih sedikit lagi, cuma 8 proposal yang berhasil masuk PIMNAS. Bayangkan dari 250-an proposal yang diterima cuma 8 yang masuk PIMNAS, nggak sampai 5 persennya. Lalu kemanakah sisa proposal yng diterima tersebut, kenapa prosentase yang diterima begitu kecil. Aku jadi bertanya-tanya apanya yang salah ya?

Setelah tanya sana-sini sama orang-orang yang biasa lolos proposalnya, akhirnya aku mengerti penyebab mengapa begitu kecil prosentase proposal yang lolos PIMNAS. Ternyata dari semua proposal yang diterima, sebagian besar dari mereka pertanggungjawabannya meragukan khususnya masalah dana. Seperti yang diketahui bahwa setiap proposal yang disetujui akan mendapat dana dari Dikti yang besarnya sampai 6 juta rupiah. Nah dana inilah yang banyak diselewengkan untuk kepentingan pribadi. Menurut salah satu temanku yang tahun lalu proposalnya diterima, uang dari Dikti banyak digunakan untuk foya-foya, mentraktir teman atau bahkan beli laptop!! Padahal dia kemarin mengirimkan 12 proposal dan yang diterima 6 buah. Bisa dibayangkan berapa banyak dana yang dikucurkan buatnya yaitu 6 kali 6 juta sama dengan 36 juta. Wow! Sebuah angka yang cukup fantastis untuk seukuran mahasiswa. Jadi sangat realistis jika banyak mahasiswa yang berlomba lomba membuat proposal untuk menyelewengkan dana yang kelak dikucurkan kepadanya.

Berangkat dari pemikiran diatas, ngeri juga ya ternyata begitu banyak mahasiswa yang termotivasi untuk menjadi seorang “koruptor” daripada menjadi seorang ilmuwan yang jujur. Hal ini kembali kepada niat masing-masing individu untuk apa mengajukan PKM apakah hanya untuk foya-foya saja atau untuk memajukan kreatifitas sendiri. Pastinya, setiap orang yang berbuat akan menerima sendiri akibat yang diperbuatnya.